TUHAN, IZINKANLAH AKU UNTUK BERBUAT KEBAIKAN ...

TUHAN, IZINKANLAH AKU UNTUK BERBUAT KEBAIKAN ...

0
Oleh :
T.M. Jamil
Associate Profesor
Akademisi - Pengamat Politik, USK, Banda Aceh.


SAUDARAKU Yang Baik. Bagaimanakah menurut pendapatmu, Betul kan Hutang itu Bukan Untuk Dipikirkan?. Hutang itu jangan dianggap bencana, dan jangan pula hanya dipikirkan, tapi dibayar. Ya Kan?. Nah, kalau tidak ada uang untuk buat bayar, memangnya tidak boleh? SAYA jawab begini, emangnya kalau kita bingung hutang terus, hutang kita apakah bisa lunas? Tidak juga kan?. Sahabat, Bukankah kata orang modern, ciri orang kaya dan hebat itu kalau banyak hutang di Bank? Maaf dech ..., saya bercanda mungkin keterlaluan. Namun semua itu saya lakukan agar kita tidak suntuk, stress, dan akhirnya strok. Bahaya juga kan? Marilah kita enjoy saja…!!!

Mungkin maksudnya, bencana bagaimana menyelesaikan hutang itu atau usaha apa lagi yang harus kita lakukan? Juga jangan begitu menurut saya, ini bikin tegang pikiran, bikin penyakit jantung, darah tinggi dan lain-lain. Kalau waktu yang kita punya, kita gunakan hanya untuk mikirin hutang dan usaha-usaha menyelesaikannya kapan dong, kita bisa menikmati hidup yang indah ini? Ya bukan?

SAYA bisa bicara begitu karena memang pernah dan sering mengalami juga sih, mengalami terlillit hutang episode kedua…. Bahkan sampai sekarang, saya banyak juga utang kok … He.he. Ceritanya, dulu waktu Presiden kita yang ganteng itu lho menaikkan harga BBM sampai 2 kali lipat, entah tahun berapa, saya agak lupa ….Tapi seingat saya saat itu Anak kami yang sulung masih SMA, sampai di TV ada acara Parodi “Republik BBM”. Namun, semua itu saya jalani dengan santai saja. Badai Pasti Berlalu!

============

NAH, Di samping cerita dan pengalamanku itu, Saya juga mempunyai seorang sahabat, adik kelas saat kami sama-sama mahasiswa dulu, kini dia berprofesi sebagai ‘pengusaha pakaian’. Waktu itu dia keburu menikah dengan seorang laki-laki tampan tapi pengangguran, sampai akhirnya mereka bercerai. Pada suatu kesempatan kami bertemu dalam “sebuah acara keluarga”, Lalu Dia bercerita pada saya tentang kegiatannya selama ini. Beginilah kira-kira kata dia waktu itu. Mari kita ikuti curhatnya. SAYA berusaha untuk menuliskan dengan bahasa dia, yang kadang-kadang kata-kata yang dia ucapkan bisa buat kita tersenyum sendiri. Tapi kata-katanya sungguh penuh makna.

JIKA pemerintah tidak berpihak kepada rakyat dalam kebijaksanaannya, gawat juga, Bang TM (Panggilan dia untuk saya seperti kami masih mahasiswa dulu). Itulah kata-kata yang pertama diucapkan. Bang TM, “Tentu saja pelangganku mengalami guncangan juga, ada yang usahanya tutup, ada yang mengurangi karyawannya. Otomatis permintaan yang masuk untuk toko-ku jadi berkurang, bahkan tiap bulan kami minus sampai jutaan, itu berlangsung lebih dari setahun. Bila kerugiannya ditambah dengan biaya hidup kami sekeluarga, minusnya tambah numpuk, sampai terlilit hutang ratusan juta lho ….. Duh rasanya tidak enak banget deh Bang ...”. Hhhmmmm ... saya hanya diam saja sambil berpikir dan merenung!

Dia lanjutkan lagi bicaranya, Tiap bulan di kalenderku selalu ada beberapa ‘peringatan’, ada beberapa tanggal yang merupakan tanggal ‘merah’, yaitu batas pembayaran untuk bank tertentu dan tiap minggu ada tanggal merahnya !!! Ada BRI, BNI, BCA, BPD dan BTPN…. wah, wah bingung !!!! belum lagi pengeluaran rutin, bayar listrik, telepon, air, cicilan sepeda motor, SPP, 3 orang anakku, uang saku mereka ke sekolah, gaji karyawan dan, dan sebagainya. Bayangkan Bang, lebih-lebih lagi aku ini sebagai “Jamur” (Janda Muda di Bawah Umur), karena pilihanku sendiri waktu itu, jadi tambah bingung dech .... Saya mendengarkan saja celotehnya, dan sesekali saya senyam senyum. (Memang, menurut saya pribadi – untuk menjadi pendengar yang baik perlu belajar, latihan dan yang paling penting butuh kesabaran tingkat tinggi... He.he)

SEPERTINYA dia menanggung beban hidup yang sangat berat, pikirku. Lalu dia lanjutkan. “Rasanya hidup ini tidak pernah bahagia banget deh, tiap hari aku berdo’a dan berusaha bagaimana menyelesaikan hutang itu, tapi ujung-ujungnya hutang bukannya berkurang, malah bertambah. Bahkan sering muncul perasaan khawatir, bagaimana bila rumahku disita bank, mau tinggal dimana? mau usaha apa lagi? Rasanya ingin menjerit sama Allah, kan aku sudah berusaha dan berdo’a, tapi kok keadaanku makin terpuruk?”.

Akhirnya, aku menyerahkan segalanya sama Allah. Intinya aku selalu bilang begini, Bang TM : Ya Allah, Ya Tuhanku, aku sungguh tidak sanggup lagi menyelesaikan hutangku, tapi Engkau pasti bisa. Aku pasrahkan semua hutangku padaMU, terserah bagaimana Engkau menyelesaikannya, biarkanlah aku bersenang senang dengan banyak mensyukuri nikmat-MU dan izinkanlah aku berbuat kebaikan karena-MU, Ya Rabb.

“Ingatlah, bila kita merasa bahwa kita bisa menyelesaikan hutang-hutang kita (atau persoalan apa saja) dengan usaha kita sendiri tanpa bersandar pada Allah, itu merupakan kesombongan yang halus sekali. Jadi kita harus mengakui kelemahan diri kita dihadapan Allah, lalu serahkan hutang dan persoalan kita itu kepadaNya, biar Allah yang menangani dengan cara-Nya. Itulah hakikat hidup menurutku, Bang TM ...”. Saya hanya mengangguk-ngangguk saja saat mendengar kata-kata dan bahasa folosofis hidupnya yang sangat indah, serta penuh makna...

Tandanya bila kita sudah berhasil membuat pengakuan seperti itu adalah munculnya perasaan ringan, santai dan bahagia, yang namanya persoalan hutang itu jadi terlupa, menguap entah kemana. Lalu kita bisa menjalani hidup ini dengan lebih nikmat, pikiran lebih jernih dan terbuka. Kita jalani saja pekerjaan dan peluang-peluang yang Allah berikan tanpa beban, tapi penuh tanggung jawab kepada Allah. Ikhlaskan hati kita, bila Allah mau hutang kita lunas dalam setahun, seminggu, sehari atau seratus tahun, oke-oke saja, bila itu dari Allah Swt pasti membuatku bahagia, terserah DIA saja. “Jangan punya keinginan hutang itu segera lunas, tapi tumbuhkan keinginan untuk memperoleh ridha Allah saja”. Insya Allah, semuanya jadi mudah...

Ridha, berarti rela dan suka. Agar Allah ridha, kita harus ridha dengan Allah. Maksudnya ridha dengan Allah adalah rela dengan segala pemberian-Nya baik yang terlihat menyenangkan atau yang tidak (contohnya hutang). “Aku masih ingat banget, Kata-kata Abang TM, ketika Abang dulu pernah Ceramah Ramadhan tentang keikhlasan, di kampus saat kita kuliah. Jadi relakan hati dan sukalah dalam kondisi berhutang, pasti Allah punya maksud yang baik untuk kita. Nikmati saja kehidupan yang indah ini, istri dan suami yang rupawan, anak-anak yang lucu, kesehatan, bahkan nikmatilah sinar matahari dan bunga yang mekar di halaman rumah tetangga, jika tidak punya halaman dan taman sendiri”. Itulah kata-kata Abang dulu yang masih terekam dalam memoriku sampai saat ini. He..he..he. Dia ketawa lepas ....!

Selama menjalankan proses ini, dia berpesan, jangan membuat hutang baru. Do'a aku nih : dulu bila waktunya menggaji karyawan dan sedang tidak punya uang, aku kadang ngutang ke kakak, padahal hutangku di bank kan sudah numpuk. Lalu sekarang aku sadari ini salah, dalam al qu’an disebutkan bila kita dalam kesulitan, maka kita disuruh mengharap pertolongan Allah, bukannya menambah hutang. Akhirnya, aku bilang ke karyawan semua, bahwa aku nggak mau berhutang untuk gajian mereka, aku suruh mereka semua secara berjamaah mengharap pertolongan Allah bila sedang terlilit masalah keuangan. Hingga sekarang, baik aku atau karyawanku bila sedang tidak punya uang, secara otomatis akan mengharap Allah saja dan hasilnya memang luar biasa, banyak hal terjadi dan tak pernah terduga...

Banyak keajaiban terjadi setelah aku berhasil memasrahkan persoalan hutangku pada Allah. Contohnya sewaktu Anakku mau masuk Kuliah, aku mendapat pesanan ribuan baju dan jilbab yang “DP”-nya bisa untuk membayar uang SPP Anakku. Aku juga pernah mendapat order 3000 mukena lukis, maunya seribu mukena dikirim setiap bulan, tapi kemampuanku hanya 400-750 potong dalam sebulan. Bila semula pesanannya 3000 mukena, permintaannya melebihi perkiraan, bahkan hingga sekarang pesanan mukena ini terus mengalir padahal sudah beberapa tahun masih tetap disukai.

Keajaiban demi keajaiban itu semakin memperkuat keyakinanku bahwa Allah Maha Bisa menyelesaikan hutangku dalam waktu satu haripun !!! Walau masih punya hutang, aku semakin melupakan hutangku, aku sibuk memperbaiki dan membaikkan diri di hadapan Allah saja. Sedikit demi sedikit tanggal merah di kalenderku berkurang, yang BTPN sama BCA akhirnya minggir …. tinggal BNI sama BRI yang jumlahnya juga tidak banyak lagi… Lalu dia tersenyum. Terkesan sekali di matanya, dia sangat berbahagia... Masya Allah, Allahu Akbar...

Yang sering ku-lakukan dulu, tiap aku berhasil membayar semua cicilan itu, aku sujud dan bersyukur dengan cara menyedekahkan sebagian sisa uangku. Untuk cicilan bulan depan tidak pernah aku pikirin deh….. kan ada Allah yang menjagaku…! Begitulah argumentasi yang dia sampaikan pada saya waktu itu. Sungguh indah pesannya...

Sekarang setelah semua ‘badai’ reda, aku langsung memotong omzet penjualanku minimal 2.5% nya (bukan 2.5% dari margin atau keuntungan lho, tapi dari omzet), aku lakukan di setiap transaksi, tidak usah menunggu sebulan. Ini wajib sebagai seorang muslim. Punya hutang itu bukan bencana, bencana yang sesungguhnya adalah ternyata tidak punya iman dan lupa untuk bersyukur .... Na'uzubillahi min zhalik.

Begitulah hasil “curhatnya”, semoga bermanfaat bagi kita semua. Di akhir cerita dia, Saya berpesan dan mengingatkan bahwa "hidup ini indah dan menyenangkan. Sungguh ajaib hidup ini jika kita menyerahkan segala urusan kepada Allah Swt Sebagai Pemilik dan Penguasa Alam ini." Semoga pesanku membawa Berkah untuk kita dan semua pembaca media ini. Aamiin Ya Rabbal Alamin.


Sagoe Atjeh Rayeuk, 13 Ramadhan 1445-H.
Tags

Posting Komentar

0Komentar

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*